Ponpes Salafiyah Asrama Perguruan Islam Tegalrejo WAYANGAN 7 HARI 7 MALAM TIAP KHATAMAN

Dengan jajaran pengurus 11 bersaudara dari keturunan KH Chudlori, Asrama Perguruan Islam mempertahankan pola pembelajaran ilmu agama Islam salafiyah. Murni pendidikan agama. Tak memiliki pelajaran lain sebagaimana ponpes modern. Para santri digembleng dari tingkat dasar sampai pada tingkat spiritual-tassawuf.


POSMO-EXCLUSIVE-Gus Yusuf menerangkan, jumlah santri A.P.I sekarang ada sekitar 3200 orang putra dan santri putri sekitar 1200-an orang. Semua tinggal di pondok. Standar pendidikan selama 9 tahun. Tetapi, kalau sudah bisa mengaji, bisa langsung masuk di tingkat 3 atau tinggal 6 tahun pendidikan. Pasca pendidikan, ada masa pengabdian. Lamanya, tergantung dari kemauan santri. Menurut Gus Yusuf, ada santri yang mondok sampai 16 tahun. Motivasinya ingin nyepuhke ilmu atau mematangkan ilmu.



Nyepuhke ilmu atau mematangkan ilmu ini penting, karena menurut Gus Yusuf, belajar ilmu agama di ponpes A.P.I tidak sekedar tekstual. Melainkan juga riyadhoh dan tirakat untuk penguatan spiritual. Tujuannya bukan untuk kanuragan. Melainkan lebih pada mencari ketentraman batin. Dengan mengabdi bertahun-tahun, diharapkan sesudah pulang ke kampungnya masing-masing, ilmu yang diperoleh para santri sudah sepuh atau matang benar dan bisa dimanfaatkan.

Untuk santri yang sudah lulus atau senior, ada yang diasramakan tersendiri. Santri senior ada yang ikut mengajar, mengelola koperasi, memelihara kebun para kiai atau memelihara rumah para kiai. Santri senior tidak lagi terlalu ketat jam belajar mengajinya. Setiap akhir tahun, diadakan wisuda santri atau khataman. Wisuda Santri ini kemudian juga menjadi media silaturahmi masyarakat sekitar.

Setiap diadakan wisuda santri atau khataman, jelas Gus Yusuf, digelar wayangan selama tujuh hari tujuh malam. Dimeriahkan pula dengan berbagai kesenian daerah. “Semua gelar kesenian itu merupakan partisipasi masyarakat atas dasar keiklasan. Tidak ada yang dibayar”, ujar Gus Yusuf.
Selain khataman atau wisuda santri, ponpes A.P.I juga memiliki tradisi lain berupa pertemuan rutin para kiai dan alumni. Diadakan setiap 35 hari sekali. Disebut Selapanan Malam Akhad Kliwon. Hampir seluruh alumni dari Jawa Tengah, Jawa Timur berdatangan. Biasanya, menurut Gus Yusuf, ada sekitar 600-an santri alumni yang datang mengikuti pertemuan Selapanan Akhad Kiwon itu. Dalam pertemuan tersebut, dibahas persoalan aktual yang ada di tengah masyarakat. Setiap persoalan ditinjau dari hukum fiqih dan sosial. Berbagai masalah di banyak daerah dipecahkan.


Peduli Seni dan Budaya

Menjawab pertanyaan seputar fenomena batu petir Ponari, Gus Yusuf mengaku tidak membahasnya secara khusus. Sebab, Ponari sudah menjadi kajian departemen kesehatan dan sudah terlalu hiruk-pikuk. “Kami tidak mau terjebak pada persoalan memusryikkan orang atau mengkafirkan orang. Itu bukan masalah sederhana. Dalam Islam, ahli sunah wal jamaah, memang ada yang namanya mukjizat (bagi nabi), karomah (bagi para wali), maziah (bagi orang soleh). Batu Ponari mungkin saja memang menjadi satu wasilah, perantara.

“Ketika Alloh memang ingin memberikan kesembuhan, sangat mungkin bisa terjadi keajaiban. Tetapi, saya menyayangkan yang berlebih-lebihan. Menganggap yang menyembuhkan itu batu Ponari. Sampai air cucian dan air comberan dianggap yang menyembuhkan. Ini yang bisa menimbulkan kemusyrikan”, terang Gus Yusuf.

A.P.I sangat memperhatikan seni dan budaya yang berkembang di sekitarnya. Kepedulian terhadap kesenian daerah ini akan tetap diuri-uri. “Setiap akhir tahun, berbagai ajang kesenian diselenggarakan di A.P.I. Dulu, yang menangani masalah ini adalah kakak saya nomor dua, KH Ahmad Muhammad (alm)”, jelas Gus Yusuf.

Gus Yusuf menyambung, kepedulian terhadap kesenian dan kebudayaan setempat, bagi Ponpes A.P.I Tegalrejo Magelang memang sudah berurat akar sejak zaman pendiri atau muassis-nya, KH Chudlori. Kepada posmo exclusive, Gus Yusuf menyampaikan sebuah kisah unik dan sangat bermakna tentang kiprah KH Chudlori semasa hidup terkait kepedulian terhadap seni dan budaya itu.

Dulu, demikian Gus Yusuf, pernah sutau ketika sekelompok masyarakat datang ke ponpes. Sekelompok masyarakat itu terdiri dari dua kubu. Masyarakat jathilan dan masyarakat masjid. Dua kubu itu mempertentangkan penggunaan uang kas desa. Masyarakat jathilan mengharapkan agar uang kas desa dibelikan gamelan, sedangkan masyarakat masjid menginginkan uang kas desa itu digunakan untuk membangun masjid. Dua kubu berseberangan ini datang ke ponpes, meminta semacam fatwa kepada KH Chudlori.

Ternyata, keputusan yang diberikan oleh KH Chudlori saat itu sangat mencengangkan. Sebab, menurut Gus Yusuf, KH Chudlori justru memutuskan agar uang itu digunakan saja untuk membeli gamelan. Masyarakat masjid kecewa. Tetapi, KH Chudlori kemudian memberikan penjelasan. Kalau uang itu dibelikan gamelan, keributan teratasi dan masyarakat tentram dan rukun. Kalau sudah tentram dan rukun, suatu saat nanti masjid itu akan dibangun dengan sendirinya.

“Inilah subtansi Islam. Datang dengan kedamaian. Bukan gagah-gagahan dengan simbol-simbol masjid yang megah, tetapi masyarakatnya tidak rukun”, simpul Gus Yusuf, seraya menambahkan, dalam masa pemilu ini A.P.I bersikap netral. “Bahwa, KH Abdurahman adalah Dewan Suro PKNU dan saya sendiri (Gus Yusuf-red) pengurus PKB Jawa Tengah kubu Gus Dur, namun sikap politik ini adalah sikap politik pribadi. Tidak melibatkan institusi pesantren”, tegas Gus Yusuf.

Terkait seruan Gus Dur untuk mendukung Prabowo Subianto, Gus Yusuf mengatakan, wajar. Gus Dur yang mantan santri ponpes A.P.I ini, jelasnya, adalah milik bangsa. Semua orang dilayani. Seperti pada tahun sebelumnya, Gus Dur menyerukan mendukung PDI Megawati. Gus Dur juga pernah memberi pembekalan di partai PPRN. Gus Yusuf berharap, agar masyarakat bisa berpolitik lebih dewasa. Mengedepankan kebersamaan dalam perbedaan.

“Tetangga tetap tetangga. Sedulur tetap sedulur. Berpolitik dengan tanggung-jawab. Memilih calon yang memiliki kapabilitas dan moralitas serta akhlak yang baik. Jangan memilih berdasarkan money politik yang justru akan menciptakan koruptor baru di kemudian hari”, pungkasnya.

slow but sure,,,,